Problematika Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD
A. Latar
Belakang Masalah
Bahasa
Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia.
Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia maka diperlukan
berbagai upaya. Contoh upaya untuk menjaga kemurnian bahasa Indonesia adalah
dengan menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan bahasa Indo-nesia dalam
sebuah buku yang disebut dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD dapat
digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia dengan benar, baik komunikasi secara langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan upaya lain yang dapat digunakan untuk melestarikan bahasa Indonesia
adalah dengan menanamkan bahasa Indonesia sejak dini.
B. Rumusan
Masalah
Apa saja Problematika Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di SD ?
C.
Pembahasan
Berhasil
tidaknya pembelajaran di SD, termasuk pembelajaran bahasa Indonesia ditentukan
oleh beberapa faktor yang saling mengait dan saling menentukan. Faktor-faktor
yang dimaksud antara lain adalah guru, murid, kurikulum, bahan pembelajaran,
metode, dan teknik pembelajaran. Tetapi yang perlu sekali mendapat perhatian
adalah kurikulum yang di pakai, buku atau bahan ajar yang digunakan, dan guru
yang melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kurikulum
dari masa ke masa mengalami perubahan dan pengembangan. Dengan perubahan dan
pengembangan itu diharapkan pembelajaran bahasa Indonesia menuju ke arah
yang lebih sempurna. Salah satu wujud
perubahan kurikulum bahasa Indonesia terkait dengan masalah aspek kebahasaan.
Memilih materi pembelajaran merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan
guru dan perlu mendapatkan perhatian. Materi pembelajaran yang memiliki daya
tarik bagi siswa akan menjadi motivasi tersendiri bagi kegiatan pembelajaran
bagi siswa. Karena itu, materi pembelajaran hendaknya dipilih dari berbagai
sumber akan menjadikan kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak
membosankan.
Berkenaan
dengan pemilihan bahan ajar, secara umum masalah dimaksud meliputi cara
penentuan jenis materi, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan, terhadap materi
pembelajaran. Ada kecenderungan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku. Padahal banyak
sumber bahan ajar selain buku yang dapat
digunakan. Buku pun tidak harus satu macam dan tidak harus sering berganti
terjadi selama ini. Berbagai buku dapat dipilih sebagai sumber bahan ajar.
Termasuk
masalah yang sering dihadapkan guru berkenaan dengan bahan ajar adalah guru
memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu
sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak
tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang
ingin dicapai oleh siswa. Berkenaan dengan buku sumber yang sering terjadi
setiap ganti semester atau ganti tahun ganti buku.
Pertama, pembelajaran bahasa
Indonesia harus diarahkan untuk lebih baik banyak memberikan porsi kepada
pelatihan berbahasa nyata melalui ketrampilan yang produktif ( berbicara dan
menulis ) dan juga yang reseptif ( menyimak dan membaca ) yang dimaksud
kegiatan berbahasa secara nyata adalah bahasa yang dekat dengan lingkungan
siswa. Hal ini bukan berarti bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa yang
seenakanya tanpa mematuhi norma
kebebasan situasi resmi atau tidak resmi. Dalam situasi resmi, bahasa
normatiflah yang dituntut, yaitu bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa,
sedangkan dalam situasi tidak resmi diperkenakan adanya pelanggaran terhadap kaidah bahasa
tersebut.
Kedua,
aspek kebahasaan (tata bahasa) diajarkan hanya untuk membetulkan kesalahan
ujaran siswa. Jika bahasa siswa dalam situasi resmi menyalahi kaidah bahasa,
guru barulah ”menyadarkan” siswa tentang kesalahan yang diperbuat dengan
mengajarkan materi kebahasaan sesuai dengan kesalahan bahasa siswa. Dengan
demikian, porsi pembelajaran kebahasaan tidak menjadi yang utama. Sebaliknya,
jika bahasa siswa dalam situasi tidak resmi menyalahi kaidah bahasa, guru tidak
perlu membahas materi kebahasaan tersebut. Jadi, materi kebahasaan
diajarkan kepada siswa sesuai dengan jenis kesalahan bahasa yang diperbuat
siswa terutama dalam penggambaran situasi berbahasa resmi. Dengan kata lain,
aspek kebahasaan baru diperlukan untuk dibahas ketika guru
menemukan kesalahan berbahasa pada siswa, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa
tulisan.
Meskipun komponen kebahasan menjadi dasar kegiatan berbahasa yang harus
dikuasai siswa, hal itu bukan menjadi tujuan pembelajaran bahasa.
Komponen-komponen kebahasaan tersebut menjadi sarana untuk memahami dan menggunakan bahasa bagi tujuan
tertentu. Secara khusus, Prinsip-prinsip
pembelajaran kebahasaan dapat diungkapkan sebagai berikut. Pertama,
Pembelajaran komponen berbahasa merupakan pelatihan pemahaman dan penggunaan
kata yang bermakana sesuai dengan keperluan komunikasi. Kedua, pembelajaran
komponen kebahasaan terintegrasi ke dalam pembelajaran ketrampilan berbahasa.
Dengan demikian, pembelajaran kemampuan berbahasa terfokus pada penggunaan
bahasa secara fungsional dan bermakna sesuai dengan tujuan dan keperluan
komunikasi. Ketiga, pembelajaran komponen kebahasaan tidak menganut tahap-tahap
pembelajaran secara linguistis. Komponen fonologi tidak harus diajarkan lebih
dahulu dibandingkan dengan komponen morfologi atau sintaksis. Pembelajaran
sintaksis misalnya, harus berlangsung secara terpadu berdasarkan wacana yang
kontekstual, fungsional, bermakna, dan bermanfaat bagi siswa maupun lingkungan.
Dengan
demikian, materi kebahasaan selain tidak berstruktur juga tidak terbatas.
Disini guru dituntut untuk menguasai dengan baik seluruh aspek kebahasaan
dengan penguasaan itu, guru akan mampu mengidentifikasi kesalahan berbahasa
yang terjadi pada siswa dan mengelompok-ngelompokkan kesalahan tersebut
berdasarkan materi kebahasaan. Guru dituntut pula dapat mengurutkan materi
kebahasaan sesuai dengan tingkat perkembangan atau kebutuhan siswa. Materi aspek kebahasaan yang
harus disajikan bergantung pada keputusan guru secara profesionalisme. Komponen
kebahasaan yang dipilih haruslah didasarkan pada prinsip keterpaduan dan
kesinambungan antar komponen kebahasaan.
Yang terkait dengan materi kebahasaan adalah
pemilihan sampel-sampel bahasa dalam pembelajaran. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memilih sampel bahasa. Pertama, sampel bahasa haruslah
berhubungan dengan proses belajar bahasa. Kedua, sampel bahasa haruslah sesuai
dengan umur, jenjang pendidikan dan pengalaman siswa sebelum, saat ini , dan
yang akan datang. Ketiga, sampel bahasa haruslah bersifat kontekstual, baik
yang berhubungan dengan nilai historis, sosial, budaya maupun nilai-nilai
kemanusiaan. Keempat, Sampel bahasa itu
harus mendorong siswa untuk mencari sampel yang lain. Kelima, sampel bahasa
dapat berupa naskah utuh, petikan bagian, atau adaptasi yang bersumber dari
buku teks, dokumen resmi, karya sastra, pidato, berita koran, televisi,
percakapan telepon, dialog siswa, laporan, dan sebagainya.
Problematika
utama yang paling banyak ditemukan dalam pembelajaran aspek kebahasaan di
sekoah SD adalah pembelajaran aspek kebahasaan cenderung disesuaikan dengan
materi kebahasaan yang terdapat dalam buku pelajaran. Problematika utama ini
muncul karena beberapa sebab, diantaranya adalah guru banyak yang melakukan
pembelajaran hanya mengikuti bahan ajar yang tersedia bahkan tidak sedikit guru
dalam proses pembelajaran aspek kebahasaan hanya mempergunakan satu jenis buku
pelajaran. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan guru itu sendiri atau guru itu
menganggap bahwa bahan yang disediakan sesuai dengan prinsip-prinsip proses
belajar mengajar dan cara belajar bahasa (Siahaan, 1987:1). Hampir dapat
dipastikan bahwa semua guru di sekolah dalam pembelajaran aspek kebahasaan
hanya memanfaatkan buku pelajaran yang sudah disediakan oleh para penerbit
buku.
Jika
buku pelajaran itu menyediakan materi kebahasaan yang sesuai dengan kurikulum,
pembelajaran aspek kebahasaan masih dapat dikatakan agak memenuhi tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia. Akan tetapi, kenyataan menunjukan bahwa banyak
buku pelajaran yang menyajiakn materi kebahasaan yang tidak sesuai dengan
kurikulum. Hal ini menujukan bahwa materi kebahasaan yang disajikan dalam buku-buku
pelajaran belum dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa pelajaran aspek kebahasaan yang
hanya didasarkan pada buku pelajaran, apalagi hanya satu jenis buku pelajaran, yang disediakan
penerbit dianggap masih jauh dari prinsip-prinsi pembelajaran
kebahasaan. Hal ini dapat dimaklumi karena bahan pembelajaran itu umumnya ditulis berdasarkan
selera atau intuisi penulis saja kemudian dikatakan bahwa bahan itu telah
ditulis berdasarkan kurikulum yang berlaku. Selain itu, tidak sedikit buku
pelajaran yang ditulis bersamaan dengan penyusunan kurikulum sehingga kurang pada relevensi di
antara keduanya (Sihaan, 1987:1). Hal ini juga menunjukan bahwa penyusunan buku
pelajaran bahasa Indonesia selama ini belum menggunakan sampel bahasa yang
seharusnya bersifat kontekstual, baik yang
berhubungan dengan nilai historis, sosial, budaya, maupun nilai-nilai
kemanusiaan.
Solusi dapat ditawarkan untuk
memperbaiki pembelajaran aspek kebahasaan di antaranya sebagai berikut:
1. Meningkatkan
kompetensi guru SD
Kompetensi guru SD yang harus
ditingkatkan terutama kompetensi dalam
hal-hal berikut:
a. Memahami
konsep, teori, dan materi berbagai
aliran linguistik yang terkait dengan pengembangan materi pembelajaran bahasa.
b. Memahami
hakekat bahasa dan memperoleh bahasa
c. Memahami
kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa
d. Menguasai
kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar
Dengan
kompetensi tersebut diharapkan guru SD dapat melaksanakan pembelajaran aspek
kebahasaan sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa terutama dalam hal
membetulkan kesalahan bahasa pada siswa karena aspek kebahasaan diajarkan hanya
untuk membetulkan kesalahan ujaran siswa. Jika bahasa siswa dalam situasi resmi menyalahi kaidah
bahasa, guru barulah “menyadarkan “ siswa tentang kesalahan yang diperbuat
dengan mengajarkan materi kebahasaan sesuai dengan kesalahan bahasa siswa.
Sebaliknya, jika bahasa siswa dalam situasi tidak resmi menyalahi kaidah
bahasa, guru tidak perlu membahas materi kebahasaan tersebut. Jadi, materi
kebahasaan diajarkan kepada siswa sesuai dengan jenis kesalahan bahasa yang diperkuat siswa
terutama dalam penggambaran situasi berbahasa resmi. Dengan kata lain,
aspek kebahasaan baru diperlukan untuk dibahas ketika guru menemukan kesalahan
berbahasa pada siswa, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
2. Menyusun
buku ajar kebahasaan berdasarkan kesalahan bahasa siswa
Buku
ajar berdasarkan kesalahan bahasa siswa ini tentu saja disusun berdasarkan
penelitian terhadap kesalahan bahasa siswa terutama terkait dengan ketrampilan
berbahasa nyata terutama ketrampilan produktif (berbicara dan menulis) dalam
situasi resmi yang menuntut penggunaan bahasa normatif, bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa.
3. Mengadakan
penelitian tentang perkembangan grametika bahasa Indonesia anak usia sekolah
Hasil penelitian tentang
perkembangan gramatika bahasa Indonesia
anak usia sekolah ini sangat penting sebagai pedoman bagi perancang buku atau guru dalam menyiapkan materi dan tugas kebahasaan
sehingga materi dan tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan tingkat
perkembangan kejiwaan siswa.
D. Penutup
Simpulan
Berkenaan
dengan buku sumber yang sering terjadi setiap ganti semester atau ganti tahun
ganti buku.
Pertama, pembelajaran bahasa Indonesia
harus diarahkan untuk lebih baik banyak memberikan porsi kepada pelatihan
berbahasa nyata melalui ketrampilan yang produktif ( berbicara dan menulis )
dan juga yang reseptif ( menyimak dan membaca ) yang dimaksud kegiatan
berbahasa secara nyata adalah bahasa yang dekat dengan lingkungan siswa.
Kedua, aspek kebahasaan (tata bahasa) diajarkan hanya untuk
membetulkan kesalahan ujaran siswa.
Solusi dapat ditawarkan untuk
memperbaiki pembelajaran aspek kebahasaan di antaranya sebagai berikut :
1.
Meningkatkan kompetensi guru SD
2.
Menyusun buku ajar kebahasaan
berdasarkan kesalahan bahasa siswa
3.
Mengadakan penelitian tentang
perkembangan grametika bahasa Indonesia anak usia sekolah.
Saran
Dari
uraian diatas mengenai problematika pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di
SD. Hal ini bisa dijadikan pengetahuan sekaligus pertimbangan bagi guru SD
maupun calon guru SD untuk bisa menentukan sikap bagaimana seharusnya dan apa
saja yang akan dilakukan guru untuk mengatasi problematika pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia di SD.
Daftar
Pustaka
Yulianto
Yulianto, Bambang. 2008. Aspek Kebahasaan
dan Pembelajarannya. Surabaya: Unesa Universitiy Press.